Potensi
keanekaragaman bahasa di Papua yang membahayakan hilangnya suatu bahasa
disebabkan oleh berbagai factor. Saya khawatir bahwa bahasa-bahasa di Papua
cenderung akan terancam punah dan bahkan akan hilang dan ini berkorelasi
langsung terhadap hilangnya budaya tersebut.
Para ahli bahasa
mengidentifikasi 9 faktor (M. Paul Lewis, 2005. SIL International) yang
mempengaruhi suatu bahasa terancam punah, yaitu :
- Transmisi bahasa antargenerasi;
- Absolute jumlah Penutur;
- Proporsi pembicara dalam total populasi;
- Kehilangan ranah kebahasaan yang ada;
- Respon untuk domain baru dan media;
- Bahan untuk pendidikan bahasa dan keaksaraan;
- Sikap dan kebijakan Pemerintah dan kelembagaan bahasa;
- Sikap Anggota masyarakat terhadap bahasa mereka sendiri, dan
- Jumlah dan kualitas dokumentasi
bahasa.
Faktor pertama, yaitu transmisi antar generasi
dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa suatu bahasa dianggap terancam punah karena
Bahasa ini
digunakan terutama oleh
generasi orangtua dan ke atas. Kalau anak-anak sudah tidak menggunakan bahasa ibunya,
kemungkinan dalam waktu singkat bahasa tersebut akan hilang, ketika anak-anak
itu sudah menjadi generasi orang tua. Apabila tidak ada upaya menghidupkan
kembali seperti orang tua mengajarkan bahasanya pada anak maka bahasa tersebut
terancam punah atau hilang.
Faktor kedua dan
ketiga adalah “Absolut Jumlah Penutur” dan “Proporsi pembicara dalam total populasi” sangat
berkaitan jadi dibahas sekaligus. Ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa
jumlah absolute penutur suatu bahasa apabila sedikit baik diucapkan oleh
anak-anak maupun orang tua kemungkinan akan terancam punah. Walaupun demikian
sebenarnya jumlah
populasi absolut
saja tidak cukup untuk memberikan petunjuk yang jelas tentang relative suatu bahasa terancam punah. Namun, ada kemungkinan, jumlah populasi penutur
bahasa yang lebih
kecil mungkin
akan tertekan oleh jumlah penutur yang lebih
besar yang menggunakan bahasa bukan bahasa ibunya. Jumlah penutur bahasa
Indonesia di wilayah perkotaan biasanya jumlahnya lebih besar dan kemungkinan
akan menekan jumlah penutur bahasa suku bangsa setempat yang jumlah populasinya
sedikit karena dalam semua domain seperti dalam kehidupan social yang
multietnik, kehidupan dikantor, pendidikan, politik bahasa dominan yang
digunakan adalah bahasa Indonesia sehingga lama-kelamaan bahasa sendiri akan
tertekan untuk tidak digunakan dan ini sangat berbahaya untuk terancam punah.
Jumlah penduduk sering sulit
diperoleh karena sumber sering berbeda dalam kriteria
yang digunakan dalam mengumpulkan data. data sensus Pemerintah dapat
memberikan jumlah dari kelompok etnis
tetapi belum tentu mewakili
secara akurat jumlah penutur bahasa. Berbagai
jenis data penduduk mungkin tersedia
dari periode
waktu yang berbeda membuat perbandingan dan analisis sulit. Seperti data penduduk sensus tahun 2010 untuk Papua, kita tidak akan
temukan jumlah penduduk menurut suku bangsa, yang dikelompokan dalam data
sensus penduduk tersebut menururt suku hanya dua kategori, yaitu Papua dan
Non-Papua. Data ini tidak dapat digunakan sebagai dasar menghitung total
populasi penutur suatu bahasa. Selain itu, apakah penutur yang menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa pertama mereka atau sebagai bahasa kedua (dan berapa tingkat kemahiran) juga
dapat menjadi faktor signifikan dalam mengevaluasi situasi bahasa yang membahayakan terancam punah. Seperti ada beberapa penutur yang bisa mendengar
ucapan bahasanya tapi tidak bisa mengucapkan bahasanya, ada yang menguasai
beberapa ratus kata saja, sehingga sering menggunakan dua bahasa dalam
berkomunikasi (selain bahasanya, juga menggunakan bahasa Indonesia).
Dengan demikian perlu
mempertimbangkan factor-faktor lain selain absolute jumlah penutur bahasa, seperti faktor-faktor
berikut:
- norma umum bagi suatu wilayah bahasa untuk ukuran jumlah kelompok bahasa (J. Grimes 1986)
- Jumlah penutur yang menggunakan bahasa sebagai bahasa pertama mereka
- Jumlah penutur yang menggunakan bahasa sebagai bahasa kedua mereka
Daftar
Bahasa Papua Yang diidentifikasi Hampir Punah
No
|
Bahasa
|
Nama lain
|
Jumlah Penutur
|
Populasi Etnik
|
Tahun dilaporkan
|
Lokasi Etnik
|
Klasifikasi Bahasa
|
1
|
Burumakok
|
40
|
1994 Kroneman
|
Jayawijaya Regency, Kurima subdistrict, village of Burumakok, south of Sumtanon, east of Siradala, lowlands area south of main ranges, southeast of Sumo and Dekai, south of Langda and Bomela.
|
Trans-New Guinea, Ok-Awyu, Ok, Western
| ||
2
|
Duriankere
|
Duriankari, Esaro, Sailen.
|
30
|
60
|
2000 S. Wurm
|
In the strait between Salawati Island and the west end of Bird’s Head, on a small island in Raja Ampat Islands.
|
Trans-New Guinea, South Bird’s Head, Inanwatan
|
3
|
Dusner
|
Dusnir
|
6
|
1978 SIL
|
Wandamen Bay area, west coast of Cenderawasih Bay, Dusner town area. 1 village.
|
Austronesian, Malayo-Polynesian, Central-Eastern, Eastern Malayo-Polynesian, South Halmahera-West New Guinea, West New Guinea, Cenderawasih Bay, Biakic
| |
4
|
Kanum, Bรคdi
|
Enkelembu, Kenume, Knwne.
|
10
|
1996 oleh M. Donohue
|
South coast border area, east of Merauke, southeast of Marind. north and west of Smรคrky Kanum [kxq], Tomer and Onggaya villages.
|
South-Central Papuan, Morehead-Upper Maro, Tonda
| |
5
|
Kayupulau
|
Kajupulau
|
50
|
573 (1978 SIL)
|
2000 oleh S. Wurm
|
Jayapura harbor, Kayubatu and Kayupulau villages.
|
Austronesian, Malayo-Polynesian, Central-Eastern, Eastern Malayo-Polynesian, Oceanic, Western Oceanic, North New Guinea, Sarmi-Jayapura Bay, Jayapura Bay
|
6
|
Kehu
|
25
|
2002 oleh SIL
|
Wapoga River between bahasa Auye and bahasa Dao in the foothills.
|
Unclassified
| ||
7
|
Kembra
|
20
|
50
|
2000 oleh S. Wurm
|
Jayawijaya Regency, Okbibab subdistrict, east of Sogber River.
|
Unclassified
| |
8
|
Kwerisa
|
Taugwe
|
32
|
130
|
2000 S. Wurm
|
Lower Rouffaer River, Kaiy village.
|
Lakes Plain, Tariku, East
|
9
|
Liki
|
Moar
|
11
|
320
|
2005 oleh SIL
|
Sarmi Regency, Sarmi subdistrict, Islands off north coast of Sarmi.
|
Austronesian, Malayo-Polynesian, Central-Eastern, Eastern Malayo-Polynesian, Oceanic, Western Oceanic, North New Guinea, Sarmi-Jayapura Bay, Sarmi
|
10
|
Mander
|
20
|
1991 oleh SIL
|
Upper Tor River tributary of upper Bu River, north coast area.
|
Tor-Kwerba, Orya-Tor, Tor
| ||
11
|
Mapia
|
Mapian
|
1
|
Mapia Islands, about 290 kms. north of Manokwari.
|
Austronesian, Malayo-Polynesian, Central-Eastern, Eastern Malayo-Polynesian, Oceanic, Central-Eastern Oceanic, Remote Oceanic, Micronesian, Micronesian Proper, Ponapeic-Trukic, Trukic
| ||
12
|
Masimasi
|
10
|
2005 oleh SIL
|
Sarmi Regency, Pantai Timur subdistrict, Island off north coast east of Tor River mouth
|
Austronesian, Malayo-Polynesian, Central-Eastern, Eastern Malayo-Polynesian, Oceanic, Western Oceanic, North New Guinea, Sarmi-Jayapura Bay, Sarmi
| ||
13
|
Massep
|
Masep, Potafa, Wotaf.
|
25
|
85
|
2000 oleh S. Wurm
|
North coast east of Mamberamo River mouth and west of Sarmi, near Apauwer River.
|
Language isolate
|
14
|
Mor
|
Mor2
|
25
|
2000 oleh S. Wurm
|
Northwest Bomberai Peninsula, Bintuni Bay coast.
|
Trans-New Guinea, Mor
| |
15
|
Morori
|
Marori, Moaraeri, Moraori, Morari.
|
50
|
250
|
1998 oleh M. Donohue
|
South coast border area 20 km east of Merauke, east of Marind, west of Kanum.
|
Trans-New Guinea, Moraori
|
16
|
Namla
|
30
|
2005 oleh SIL
|
Senggi Subistrict, Keerom Regency, Namla village.
|
Unclassified
| ||
17
|
Saponi
|
4
|
2000 oleh S. Wurm
|
Interior Waropen Bawah subdistrict, Botawa village.
|
Lakes Plain, Rasawa-Saponi
| ||
18
|
Tandia
|
2
|
1991 SIL
|
Bird’s Head neck area just south of Wandamen Peninsula, Wohsimi River.
| |||
19
|
Woria
|
6
|
2000 S.Wum
|
Interior Waropen Bawah, Botawa village
|
East Geevink Bay
|
by JR Mansoben & Djoht R.
Sumber : website SIL Ethnologue
0 Response to "TINGKAT KEPUNAHAN BAHASA-BAHASA PAPUA"
Posting Komentar