Jayapura, 28 september 2013,
Mahasiswa Antropologi Uncen melakukan wawancara dengan mama yang berjualan
pinang di depan gapura Uncen Abepura.
Pinang adalah salah satu
buah yang tumbuh dan berkembang di tanah tropis. Papua adalah daerah tropis dan
salah satu tempat dimana pinang tumbuh
dan di konsumsi oleh masyarakat asli Papua dan orang non Papua yang sudah lama
berdomisili di Papua.
Bagi kebanyakan masyarakat
Papua mengonsumsi pinang merupakam tradisi atau budaya yang sudah ada dan
diwariskan secara turun-temurun kepada generasi penerus. Namun jika
diperhatikan, tidak semua orang asli Papua yang tahu mengkonsumsi buah pinang.
Hal itu nampak pada gigi-gigi mereka yang terlihat putih dan bersih, namun hal
itu tidak dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah mereka tahu makan
pinang atau tidak.
Sedangkan bagi masyarakat
non Papua mengonsumsi pinang merupakan sebuah cara untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan. Seperti mama Wati (Jawa) yang menikah dengan bapa Papua
(Genyem).
Mama Wati mengatakan
bahwa mengonsumsi pinang merupakan
tradisi dari masyarakat Papua dan untuk kesehatan gigi dan mama Wati pun
mengatakan bahwa banyak orang mengonsumsi pinang tetapi tidak membuang ludah
pada tempatnya, seperti di gereja, kantor, kampus bahkan di pekarangan rumah
sendiri.Ia belajar makan pinang sejak tahun 1994, semenjak datang dan hidup di
Jayapura.
Tuhan pun tidak marah dengan
mengonsumsi pinang, tetapi kita sebagai umatNya harus tahu peraturan yang
berlaku di kehidupan nyata.
Ada 4 cara untuk mengonsumsi
pinang, yaitu:
- Dikuliti kulitnya, kemudian sirihnya dicolek dengan kapur kemudian pinangnya dibelah dua dan sirihnya dimasukkan kedalam pinang yang sudah dibelah dua. Setelah itu pinang siap dikonsumsi.
- Sama halnya dengan cara pertama, namun yang membedakannya adalah pinang yang telah dikuliti langsung dikunyah kemudian sirih yang sudah dicelupkan dengan kapur bisa ikut dikunyah secara perlahan-lahan sampai pinang tersebut berubah warna menjadi merah.
- Ada juga buah pinang yang sudah dikuliti kulitnya dan bijinya dipotong-potong lalu dijemur hingga kering, kemudian biji pinang yang sudah kering itu dikonsumsi dengan sirih yang telah dicelup kapur. (Pinang Gebe)
- Ada juga yang mengonsumsi langsung dengan kulit pinangnya atau tanpa di kuliti kemudian sirih di celupkan di kapur lalu dimakan hingga pinang tersebut berwarna merah.
by. "Gantrocen"
0 Response to ""PERMEN KARET" ALAMI DARI TANAH PAPUA"
Posting Komentar