Geliat Ekonomi Kaki Lima di Sekitar Abe


Foto; www.skyscrapercity.com
Abepura yang dahulu masa perang dunia kedua merupakan kawasan rumah sakit terbesar di Pasifik bagi pasukan sekutu. Setelah perang dunia ke dua berakhir, perlahan-lahan Abepura yang ketika itu bernama Holandia Binnen mulai berubah. Rumah sakit terbesar itu mulai berganti penghuni, dan di tempati oleh masyarakat. Rumah peninggalan masa perang dunia kedua ini masih dapat di perempatan sebalum lampu merah Kam Kei dan di sekitar Uncen (Universitas Cenderawasih).
Saat ini Abepura semakin berkembang, arus masuk migran semakin meningkat, perumahan semakin padat, ruko-ruko bertumbuh seperti jamur di musim hujan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi peluang bagi usaha dengan skala kecil (kaki lima). 
Di perempatan dekat gerbang kampus Uncen lama, seorang mama yang berusia 29 tahun duduk di meja kecil denganukuran satu meter yang terbuat dari kayu. Di atasnya tertata buah pinang (Areca Catechu) dan sirih (Piper Betle), Mama Antonia Kaiyay nama mama tersebut.
Mama Antonia asal Serui ini telah berjualan pinang dari tahun 2014. Menurut mama yang memiliki satu anak ini, berjualan pinang merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Ilustras dok Gantrocen
Sehari-hari mama Antonia berjualan dari pukul 09.00 WIT hingga pukul 17.00 WIT, sehari ia bisa mendapatkan hasil Rp.200.000, dari modal yang dikeluarkan sebesar Rp.100.000,  “Kalau saya modal pake modal Rp. 100.00, maka saya bias untung Rp. 200.000” ujar mama Antonia yang merupakan sarjana lulusan SI jurusan PGTK FKIP (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Uncen tahun angkatan 2006, saat di wawancara Sabtu 10/10/15. 

Meskipun ia sarjana dan hanya berjualan pinang, ia tidak malu, “Biarpun seorang sarjana saya harus tetap turun berjualan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, dengan modal yang kecil pendapatannya lumayan buat keluarga” katanya dengan senyum yang manis.
Di sudut jalan Biak, 100 meter dari lingkaran Abe, ibu Mahmud berumur 40 tahun yang asal Madura, Jawa Timur mengadu keberuntungan dengan berjualan gorengan. Berbekal modal nekat tahun 2005 ia berangkat menuju Jayapura mengikuti suaminya, tujuannya untuk berdagang. Penghasilan sehari-hari yang didapatkan tidak menentu, antara Rp. 300.000 hingga Rp. 400.000 perhari. Dengan pendapatan itu ia sudah berhasil membiayai anaknya kuliah di Universitas Cenderawasih Jayapura. Ibu asal Jawa Timur ini memulai berjualan dari Pukul 13.00 WIT hingga pukul 24.00 WIT, modal awal yang dikeluarkan ibu satu anak ini adalah Rp.300.000, menurut ibu Mahmud dalam berjualan sering kali ia mengalami berbagai macam kendala, misalnya orang mabuk yang suka minta uang, minta gorengan secara gratis, dan juga harga tepung yang merupakan bahan pokok pembuatan gorengan semakin melonjak naik.
Di Samping Uncen jalan raya Abepura, Yeni Rumsawir berumur 27 tahun sehari-hari menggantung nasibnya dengan bejualan bensin eceran. Ia membuka kios bensinya mulai dari pukul 07.00 WIT hingga pukul 20.00 WIT, Ibu beranak dua yang juga merupakan lulusan USTJ teknik Geologi tahun 2008 ini mengatakan dengan berjualan ini sudah yang dapat membantu kebutuhan ekonomi keluarga  yang selain pekerjaan suami nya juga PNS.
Ibu dua anak ini seharinya dapat menghasilkan Rp.70.000,  dari modal awal nya Rp.150.000,  untuk mengembalikan modal awalnya harus jualan dua kali sehari, ada juga kendala yang dialami ibu Yeni,  misalnya saja waktu membeli bensin di pom bensin dari awal bilang harga lain pas mau bayar harga lain jadi akhirnya perang urat saraf dengan petugas pom bensin.
Abepura yang semakin bersolek memberikan peluang bagi mereka yang berniat membuka usaha kecil, sekalipun hasil kecil namun jika di simpan akan menjadi bukit.
Tim Liputan; Ribka Degei, Enis Jikwa, Werentus Yelipele, Yustinus Asso, Frangky Rumbruren, Gilbert Papuko, Albert Kalakmabin, Semuel Badii

0 Response to "Geliat Ekonomi Kaki Lima di Sekitar Abe"

Posting Komentar

Buletin Gantrocen

Buletin Gantrocen di kerjakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Antropologi Universitas Cenderawasih.

Pelindung; Universitas Cenderawasih, Jurusan Antropogi.

Profil Uncen 2019

Grup Membaca di Para Para

Grup Membaca di Para Para
Senangnya membaca "Obahorok" (Umar Kayam,1979) bersama teman-teman. Photo: Hengky Yeimo @071015

Inisiasi Antro 2015

Inisiasi Antro 2015

Jurnal Antropologi Uncen

Total Tayangan Halaman

Anggota