Foto; www.skyscrapercity.com |
Saat ini Abepura
semakin berkembang, arus masuk migran semakin meningkat, perumahan semakin
padat, ruko-ruko bertumbuh seperti jamur di musim hujan. Jumlah penduduk yang
semakin meningkat menjadi peluang bagi usaha dengan skala kecil (kaki lima).
Di
perempatan dekat gerbang kampus Uncen lama, seorang mama yang berusia 29 tahun
duduk di meja kecil denganukuran satu meter yang terbuat dari kayu. Di atasnya
tertata buah pinang (Areca Catechu) dan sirih (Piper Betle), Mama Antonia Kaiyay nama mama
tersebut.
Mama Antonia
asal Serui ini telah berjualan pinang dari tahun 2014. Menurut mama yang
memiliki satu anak ini, berjualan pinang merupakan suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarganya.
Ilustras dok Gantrocen |
Meskipun ia sarjana dan hanya berjualan pinang, ia tidak malu,
“Biarpun seorang sarjana saya harus tetap turun berjualan untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi, dengan modal yang kecil pendapatannya lumayan buat keluarga”
katanya dengan senyum yang manis.
Di sudut jalan Biak, 100 meter dari lingkaran Abe, ibu Mahmud
berumur 40 tahun yang asal Madura, Jawa Timur mengadu keberuntungan dengan
berjualan gorengan. Berbekal modal nekat tahun 2005 ia berangkat menuju
Jayapura mengikuti suaminya, tujuannya untuk berdagang. Penghasilan sehari-hari
yang didapatkan tidak menentu, antara Rp. 300.000 hingga Rp. 400.000 perhari.
Dengan pendapatan itu ia sudah berhasil membiayai anaknya kuliah di Universitas
Cenderawasih Jayapura. Ibu asal
Jawa Timur ini memulai berjualan dari Pukul 13.00 WIT hingga pukul 24.00 WIT,
modal awal yang dikeluarkan ibu satu anak ini adalah Rp.300.000, menurut ibu
Mahmud dalam berjualan sering kali ia mengalami berbagai macam kendala, misalnya
orang mabuk yang suka minta uang, minta gorengan secara gratis, dan juga harga
tepung yang merupakan bahan pokok pembuatan gorengan semakin melonjak naik.
Di Samping Uncen jalan raya Abepura, Yeni Rumsawir berumur 27
tahun sehari-hari menggantung nasibnya dengan bejualan bensin eceran. Ia
membuka kios bensinya mulai dari pukul 07.00 WIT hingga pukul 20.00 WIT, Ibu beranak
dua yang juga merupakan lulusan USTJ teknik Geologi tahun 2008 ini mengatakan
dengan berjualan ini sudah yang dapat membantu kebutuhan ekonomi keluarga yang selain pekerjaan suami nya juga PNS.
Ibu dua anak ini seharinya dapat menghasilkan Rp.70.000, dari modal awal nya Rp.150.000, untuk mengembalikan modal awalnya harus jualan
dua kali sehari, ada juga kendala yang dialami ibu Yeni, misalnya saja waktu membeli bensin di pom
bensin dari awal bilang harga lain pas mau bayar harga lain jadi akhirnya perang
urat saraf dengan petugas pom bensin.
Abepura yang semakin bersolek memberikan peluang bagi mereka
yang berniat membuka usaha kecil, sekalipun hasil kecil namun jika di simpan
akan menjadi bukit.
Tim Liputan; Ribka Degei, Enis Jikwa, Werentus Yelipele, Yustinus Asso, Frangky Rumbruren, Gilbert Papuko, Albert Kalakmabin, Semuel Badii
0 Response to "Geliat Ekonomi Kaki Lima di Sekitar Abe"
Posting Komentar